Sumber : Facebook Imam Robandi
BANJARNEGARA (epidode 5)
====================
Masih ada sisa dongeng perjalanan, saat itu sebelum saya masuk di Banjarnegara. Perjalanan 27 March 2014, Thursday, dari Adisucipto Airport menuju Kabupaten Banjarnegara sangat mengispirasi. Saya ditemani driver anak muda mas Budi, dan Principal MUSABARA (Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Sarwodadi Banjarnegara) ustadz Sumono. Pertama kali saat itu saya bertemu ustadz Sumono yang masuk Arrival Gate Adisucipto dengan wajah berseri-seri sambil agak bingung dikit-dikit. Kelihatan kalau dia itu kurang gaul dengan arrival gate bandara Jogja itu, tetapi saya melihat wajahnya bahwa dia adalah seorang fighter sejati yang siap tanding menghadapi medan dengan tingkat kesulitan apapun.
==================
Lepas Kota Jogja, saya diberi ceramah oleh beliau selama perjalanan dengan materi ”bagaimana memelihara sekolah agar dapat selalu bergetar walaupun lokasinya di Kecamatan Pejawaran mendekati Puncak Gunung Dieng, porosnya Pulau Jawa, yang letak desa itu lebih dari 1700 m dari permukaan air laut. Ini adalah semangat yang tidak banyak dimiliki oleh para kepala sekolah di tanah air, pikir saya saat itu. Kelihatan kalau dia adalah bukan orang yang mudah mengeluh, dan juga kelihatan kalau ustadz Sumono adalah orang yang tidak bosan dengan rasa capek. Dia juga banyak bercerita tentang para kepala sekolah yang sukses. Perjalanan melewati Muntilan, Mendut, Borobudur, Kepil, Kretek, Wonosobo, yang jalannya berkelok-kelok, "gronjal-gronjal", dan sulit ditebak, dan akhirnya masuk Banjarnegara yang Gilar-gilar dan endah permai.
===================
Saat di Desa Mendut Magelang mampir sebentar di kedai Delo, milik Mas Marwan. Bebek bakar dengan arang yang sangat fua-fua membuat rasa dan bumbu berbaur sedap. Saya juga baru tahu kalau kepala bebek juga dapat dimasak, apalagi sambil membakar dan ngipasi sendiri. Udara sejuk malam hari di sekitar candi Mendut itu telah membuat aroma bebek bakar itu menjadi sangat marketable, membuat perut ”ngos-ngosan”. Wow.., asap terbang kemana-kamana. Kenyang duluan, setelah banyak menghirup asap aroma rica-rica. Bara api arang yang memerah, menghangati tubuh sambil kipas-kipas bakar bebek,menjadi sejarah yang sulit untuk terlupakan.
Gambattene sense..
Bersambung..
Sekian semoga bermanfaat dan senantiasa istiqomah yaa..
ja ne ^_^
0 komentar:
Posting Komentar